Desa Ngunut memiliki legeda terbentuknya, Diceritakan bahwa pada zaman dahulu kala ada seorang pertapa tua yang menjadi panutan masyarakat bernama Eyang Citro Suto. Beliau memiliki pengikut setia yang bernama Pangeran Joko Slining dan Roro Kembang Sore. Sampai masa kini situs pertapaan Eyang Citro Suto, Pangeran Joko Slining, dan Roro Kembang Sore masih dapat dilihat sampai sekarang. Situs pertapaan Eyang Citro Suto berada di sebelah tenggara sendang Grogolan, lebih tepatnya di RT 08/RW 02 Desa Ngunut. Sementara Joko Slining situs pertapaannya berada di sebelah barat sendang Grogolan dan situs pertapaan Roro Kembang Sore berada di sebelah barat laut sendang Grogolan.
Hingga sekarang tempat-tempat ini masih digunakan untuk acara Nyandran (Manganan) atau bersih Desa untuk bersedekah bumi bersama warga masyarakat sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan rahmatnya serta karunia sebuah sendang atau mata air yang masih bisa di nikmati anak cucu hingga sekarang. Karena pengikut Eyang Citro Suto semakin banyak dan setiap perkataan yang terdengar dari ucapannya (dengar = krunggu) dan selalu dituruti (diturut = anut) oleh pengikutnya dan warga sekitarnya. Sehingga tempat di sekitar pertapaan Eyang Citro Suto di beri nama “NGUNUT” yang berasal dari kata “KRUNGU ANUT” atau dalam bahasa Indonesia yang berarti”MENDENGAR MENGIKUTI” atau dalam bahasa Arab “SAMI’NA WA ATO’NA.
Desa Ngunut sendiri merupakan salah satu Desa yang ada di wilayah kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro. Desa ini memiliki luas wilayah 280,331 Hektar dengan batas-batas wilayah disebelah utara berbatasan dengan Desa Karangsono, di selatan dan barat berbatasan dengan hutan Negara, dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Dander. Di Desa Ngunut terdapat 3 dusun yaitu dusun Ngunut, dusun Grogolan, dan dusun Sumberwuluh yang masing-masing dipimpin oleh seorang kepala dusun. Untuk memaksimalkan fungsi pelayanan masyarakat di Desa Ngunut, kemudian dari ketiga dusun tersebut di bagi menjadi 2 Rukun Warga dan 11 Rukun Tetangga.