Asal-Usul Desa Belun

desa belun

Pada jaman dahulu sebelum Desa Belun belum punya nama ada seorang petani yang sedang kehausan dan mencari minum setelah lelah bekerja. Konon di Desa Belun itu masih berupa semak dan hutan-hutan kecil yang terhampar luas dikelilingi bukit bukit yang penuh dengan semak-semak liar.

Diantara semak semak itu terdapat aliran sungai kecil dan sungai besar yang mengalir.

Air dari sungai di Desa Belun itu konon tidaklah bening, melainkan berwarna kuning dan bercampur lempung, sehingga tidak bisa diminum oleh manusia.

Saat si petani itu sedang kehausan melihat sungai yang airnya tidaklah bening itu maka si petani ini tidak meminumnya, hanya menceburkan badannya yang penuh keringat itu.

Tak berapa lama setelah merendam tubuhnya petani itu merasa segar, tetapi rasa haus di tenggorokan yang dirasakannya tadi masih belum terobati, kemudian dia beranjak dari sungai naik ke permukaan.

Setelah itu dia berjalan menuruti keinginan hati, saat itu matahari terik sudah separuh siang sehingga matahari berada agak sebelah barat dari pandangan petani itu. Maka dia berniat mengikuti arah matahari itu.

Setelah berjalan beberapa lama petani tersebut melihat ada sendang atau danau kecil yang dikerumuni Pohon pohon Gayam yang tinggi.

Kemudian Petani tersebut bergegas mempercepat langkahnya ke sendang itu.

Alangkah Senangnya petani itu melihat air yang bening dari sumberan di sendang itu.

Kemudian dia mengambil air dengan tangan dan meminum sepuas-puasnya, sruup…. sruup…. sruuup… hore sendang gayam…………… sendang gayam …………. sendang gayam…………..!!! teriaknya.

Sampai sekarang tempat sendang itu disebut oleh orang – orang Desa ini sebagai sendang gayam.

Setelah puas meminum air tersebut lalu dia merebahkan tubuhnya di bawah pohon Gayam yang rimbun. Ketika petani berbaring melihat rerimbunan Pohon gayam yang lebat dan sejuk sambil beristirahat.

Tak berapa lama Kemudian petani tersebut bergegas meninggalkan sendang gayam tersebut kembali ke utara dimana rumahnya tinggal sambil sesekali melihat tempat sendang itu, mungkin untuk menghafal tempat sendang gayam itu dari rumahnya.

Ketika sampai di rumahnya alangkah kagetnya petani itu melihat ke tempat dimana sendang itu berada.

Ternyata rerimbunan pohon gayam tersebut terlihat begitu jelas dari rumahnya.

Petani itu berkata, “Wah aku tidak menyadari kalau yang ngrembelun ( rimbun ) itu terdapat sendang yang airnya sangat bening”.

Hari berganti, bulan berganti tahun Si petani tersebut tiap hari mengambil air dari sendang gayam itu. Kemudian dia mengajak tetangga dan sanak familinya untuk mandi dan mengambil air dari sendang itu.

Semakin lama pohon gayam itu semakin terlihat ngrembelun (rimbun), sehingga orang-orang di Desa ini (yang kebanyakan orang jawa sering mempercepat kata-katanya bilang Ngrembelun jadi Belun saja) bilang ayo pergi ke belun.

Sampai saat ini pohon gayam tersebut masih ngrembelun di Desa ini, Maka lengkaplah nama Desa ini menjadi nama Desa Belun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *